Tiap wanita tentu mendambakan pesta pernikahan yang sempurna. Namun, ada kalanya impian bisa tidak terwujud dengan mulus. Siapa sangka, menjelang hari ‘H’, pesta yang sudah dirancang selama enam bulan itu berada di ambang kehancuran.
Alasannya, Anda tidak yakin dengan pilihan Anda sekarang. Lalu, apa yang seharusnya dilakukan? Jika pernikahan harus batal, apakah setelah kejadian ini, hidup Anda bisa kembali normal seperti sebelumnya?
Sebelum mengatakan apa yang Anda rasakan kepada calon suami dan keluarga, sebaiknya Anda melakukan pertimbangan matang. Sehingga Anda bisa mantap melanjutkan pilihan.
Jujur pada diri sendiri
-Cobalah bertanya pada diri sendiri,apakah keraguan yang Anda rasakan ini hanya karena belum siap menikah atau sudah tidak mencintai pasangann lagi. Belum siap dengan tidak mencintai itu agak berbeda. Jika alasannya belum siap, Anda bisa menunda pernikahan. Dan ada kemungkinan calon mempelai pria juga mendukung alasan Anda.
Tapi, jika Anda sudah yakin tidak mencintainya lagi, bisa-bisa calon suami Anda yang mengalami shock dan langsung membatalkan pernikahan ini. Maka itu, sebaiknya Anda harus siap dengan segala kemungkinan yang ada.
Jangan egois
Pikirkan juga calon suami dan keluarga. Membatalkan pernikahan memang tidak semudah membalikkan tangan. Apalagi jika sebagian biaya masih ditanggung orang tua. Itu berarti nama baik harus dipertaruhkan. Tapi di sisi lain, bila perkawinan tetap diteruskan juga bisa berisiko. Nah, pikirkan matang-matang apa yang ingin Anda lakukan. Jika perasaan Anda mengatakan tidak ingin melanjutkan pernikahan ini, ya lakukanlah!
- Ciptakan Skala Prioritas
Jika hari ‘H’ sudah di depan mata, ada baiknya Anda membuat semacam skala prioritas apa yang harus dibatalkan terlebih dahulu. Bila undangan sudah disebarkan, berarti masalah memberi pengumuman bahwa pernikahan batal adalah nomor satu. Anda bisa membuat iklan pembatalan pernikahan di surat kabar, atau Anda bisa meminta bantuan dari keluarga untuk mengabari setiap undangan. Setelah itu Anda bisa membatalkan gedung, catering, dekorasi pelaminan dan perias pengantin.
- Curahkan perasaan Anda
Berbagilah apa yang Anda rasakan dengan orang-orang terdekat. Anda memang butuh regu pemberi semangat. Jika Anda ingin berkonsultasi dengan yang lebih ahli pun akan lebih baik lagi. Tapi, obat yang paling mujarab adalah berbagi dengan orang yang Anda sayangi, seperti sahabat. Jika perlu, Anda juga bisa berkonsultasi dengan psikiater.
- Intospeksi Diri
Seandainya batal menikah, kini Anda adalah wanita ‘baru’. Jangan berkecil hati dan menyalahkan semuanya pada diri Anda. Inilah waktu yang tepat untuk lebih memahami diri Anda lebih mendalam. Jadikan pengalaman yang lalu sebagai pelajaran dengan menjalani komunikasi yang terbuka. Awali dengan berusaha untuk selalu jujur pada diri sendiri. Jika Anda merasa tidak sreg atau janggal terhadap sesuatu, sebaiknya dikemukakan, otomatis bisa mengurangi keraguan di masa mendatang.