Pasangan Anda sering marah-marah? Jika iya, emosi Anda jangan ikut tersulut. Jika api dilawan api tentu keadaan akan makin runyam. Simak cara menghadapi pasangan yang pemarah, sehingga Anda tidak tertular jadi pemarah juga.
Sebagai pasangan, Anda mungkin sudah berusaha sedemikian rupa untuk mengenal karakter pria tercinta. Ada tipe pria yang ekspresif, ada yang pendiam. Masing-masing tipe punya gaya marah yang berbeda-beda. Hal-hal yang menjadi pemicu kemarahan mereka pun berbeda pula.
Jerry Deffenbacher, seorang psikolog asal Amerika, dalam tulisannya, Manage Your Anger, mengungkapkan secara fisik dan psikologis, pria memang mempunyai potensi marah yang lebih besar dibandingkan wanita. Fisik pria lebih besar, suara lebih keras, dan status pria cenderung superior.
Namun, bukan berarti keadaan ini dapat dijadikan pembenaran setiap kemarahan yang mereka lakukan. Oleh sebab itu, sangat penting memahami karakter pasangan dan mengetahui dengan jelas sebab-sebab kemarahan mereka.
Siapa yang tidak jengkel menghadapi pasangan yang sedang emosi atau marah. Apalagi kalau penyebab emosinya itu tidak kita ketahui, dan sebagai pasangannya, mau tak mau, Anda orang pertama yang langsung merasakan dampaknya.
Sebagai langkah awal, kenali dulu apa yang membuat emosinya tersulut. Menurut Deffenbacher, hal-hal yang sering membuat pasangan emosi, antara lain:
- Tegurannya pada suatu hal tak Anda gubris.
- Ketika Anda mencurigai hal-hal yang tidak dilakukannya.
- Anda selalu mengungkit-ungkit kesalahan kecil.
- Menyinggung masalah yang menyentil egonya.
Setelah itu, mulailah meluluhkan hatinya. Caranya:
- Memberinya waktu yang cukup untuk meluapkan kekesalannya. Usahakan jangan menanggapi dengan kemarahan juga.
- Setelah emosinya mereda, jangan langsung membicarakan masalah yang membuatnya kesal. Beri dia waktu untuk ‘bernapas’.
- Bila suasana rumah sudah tenang, mulailah bicara. Saat sebelum tidur adalah saat yang paling baik.
- Usahakan jangan memaksakan diri untuk langsung menyelesaikan masalah dalam sekali perbincangan. Bila sudah cukup lelah, Anda bisa melanjutkan esok malam. Tapi, jangan membiarkan masalah terlalu lama menggantung.
- Ada baiknya Anda mempelajari saat-saat sensitif sang pasangan. Bukankah lebih baik mencegah agar emosinya tidak meledak daripada repot-repot menghadapi amarahnya?
- Goda dia dengan gaya manja. Bila senjata awal itu tidak mempan, ajak anak-anak untuk mengajak ayahnya bercanda. Biasanya, setelah itu emosinya tidak jadi berlarut-larut.