Kapan saat-saat terindah dalam kehidupan seks Anda? Ketika berbulan madu? Tahun-tahun pertama perkawinan? Atau Anda sudah lupa?
Menurut Val Sampson, psikolog dan konsultan seks untuk Durex Play, wanita bisa mulai mengeluhkan soal seks jika mengalami fase ‘kritis’ perkawinan. "Ada kalanya wanita perlu mencari solusi untuk masalah-masalah di tempat di tidur," kata Sampson.
Secara umum, ada empat fase saat aktivitas bercinta kemungkinan mengalami masa-masa sulit.
Fase pertama, yaitu pada bulan-bulan pertama perkawinan. Dengan catatan pasangan belum pernah melakukan hubungan seks sebelum menikah. Pada bulan-bulan ini, minimnya pengetahuan tentang titik erotis pasangan, dan masih adanya rasa malu, memang dapat mengganggu kenikmatan seks.
Fase kedua, adalah satu atau dua tahun setelah menikah. Ini biasanya berkaitan dengan keadaan istri yang sedang hamil, melahirkan, lalu mempunyai anak. Sehingga, ada kemungkinan enggan melakukan hubungan intim karena merasa tak nyaman
Fase ketiga, tahun kelima atau keenam pernikahan. Pada masa ini ada perasaan seolah seks dirasakan sebagai rutinitas. Sehingga, pada masa ini mungkin harus ada ekplorasi untuk teknik dan gaya bercinta.
Dan, fase keempat, terjadi pada tahun kesepuluh perkawinan. Ini merupakan puncak-puncaknya, saat aktivitas bercinta terasa monoton dan tidak lagi menggairahkan.
Jika Anda sedang mengalami satu fase di atas, Sampson menyarankan, satu cara ampuh untuk mengatasi keluhan ini adalah dibicarakan dengan suami. Masalahnya, tidak semua suami bisa diajak ngobrol tentang problem satu ini.
Tapi, jangan khawatir, saat ini menurut Sampson, makin banyak orang yang bersikap lebih terbuka soal seks. Misalnya, dari internet ataupun media lainnya. Unek-unek soal seks, tidak hanya terjadi di ruang konsultasi yang privat, tapi bisa berlangsung di ruang publik, entah itu berupa talkshow di kafe, atau live di televisi.
Namun, jika dengan cara tersebut, aktivitas bercinta masih mandeg, Anda bisa ngobrol dengan sahabat. Teman dapat menampung ekspresi ke(tidak)puasan dalam hubungan intim. Bahkan, obrolan pun dapat dilakukan untuk mengetahui teknik tertentu yang dapat digunakan untuk mencapai kepuasan. Cerita teman juga bisa menjadi bahan evaluasi atau diskusi dengan suami nanti.
Perlu disadari, porsi ‘laporan’ dari kamar tidur kepada teman perlu juga diperhatikan. Ada kisah yang bisa dibagi, ada juga yang sebaiknya tetap menjadi rahasia suami istri. Ukurannya? Cuma Anda sendiri yang bisa mengukurnya.
Yang pasti, untuk mencari solusi, setiap orang berhak memilih caranya sendiri. Kalau problemnya bukan berkaitan dengan fisik, misalnya gangguan komunikasi dan emosi yang bisa dipecahkan dengan konseling atau bicara dengan psikolog, maka datanglah ke psikolog.
Tapi, kalau problemnya sudah berat, misalnya ada trauma saat berhubungan intim, merasa nyeri atau suami tak bisa ereksi, maka pergilah ke seksolog, terapis seks, atau psikiater. Yang terakhir ini dilakukan bila berkaitan dengan emosi yang cukup berat dan memerlukan obat-obat tertentu.
Anda juga bisa bertanya di sini:
- On Clinic
Jl. M.H. Thamrin 11 Sarinah 904, Jakarta
Situs: www.onclinic.co.id
Telp: 021 - 3146570
- Klinik Edelweis
RSUPN Cipto Mangunkusumo (Sub Bagian Urologi)
Jl. Diponegoro No 71 Jakarta Pusat.
Telp: 021 - 392 3632, 392 6682
- Center For Marital & Sexual Studies Dr. Naek. L. Tobing
Jl. Pakubuwono VI/21, Kebayoran Baru, Jakarta
Telp: 021 - 7221441
- Klinik Pasutri
Jl. Tebet Timur Dalam Raya No. 69, Jakarta.
Telp : 021 - 8314290