Sebelum lihat artikel lihat iklan ini dulu ya, dijamin gak rugi :D

Apakah telpon anda sering putus-putus ?
Apakah harus menunggu loading yang terlalu lama saat berinternet ?
Pernah Mengalami banyak gangguan lain terhadap sinyal gadget anda ?
PENGUAT SINYAL GEN-X sangat membantu bagi anda yang berada di daerah yang berjangkauan sinyal rendah atau anda sering menggunakan komunikasi di daerah pedalaman, wireless di dalam lift, gedung bertingkat,dll. Pemasangan yang mudah, kekuatan sinyal yang terjamin, dan mudah dalam penggunaannya. dapat dipakai di HP, modem, walkietalkie, pagers, notebook, PDA, iPhone, iPad, Android, dll.
Manfaat:
1) dampak besar - seperti memiliki antena 4 kaki pada ponsel Anda.
2) Meningkatkan Penerimaan, Mengurangi statis di perahu, lift, mobil, bangunan, terowongan, gunung-gunung dan daerah pedalaman.
3) Bekerja pada Analog, digital, telepon Tri-band, HP, modem, walkietalkie, pagers, notebook, PDA, iPhone, iPad, Android, dll.
4) Menghilangkan dropped calls.
5) Mudah untuk menginstal, cukup lepas sticker dan tempel pada bagian dalam kompartemen baterai Anda.
6) Setiap Booster dikemas siap untuk diberikan sebagai hadiah atau untuk dijual kembali!
7) mengurangi gelombang yang mengganggu sinyal
8) meningkatkan kekuatan sinyal
9) memperluas kekuatan sinyal jaringan
10) Sinyal dapat dijangkau di daerah yang sulit mendapatkan sinyal sebagai contoh di daerah pedalaman, Elevator, Lorong bawah tanah, Bangunan Beton, Daerah yang jauh dari BTS.

Berminat ? klik http://www.kaskus.us/showthread.php?t=10866905
HELP ME TO HIT LIKE BUTTON > > > < < < HELP ME TO HIT LIKE BUTTON

Obat Mahal Belum Tentu Lebih Manjur


“Saat ini banyak konsumen menginginkan obat yang bekerja secara instan. Banyak pasien mengira, makin mahal harga obat, makin cepat menyembuhkan penyakit. Padahal, belum tentu,” kata dr. Purnamawati S. Pujiarto, SpAK, MMPed, dalam acara Weekend at Kemang Medical Care, Jakarta.

Promosi dan pemasaran produk obat-obatan saat ini memang sangat agresif, sehinngga membentuk konsumen yang tidak rasional. Hal ini tercermin pada keinginan pasien yang selalu ingin mendapatkan obat untuk setiap keluhan. Padahal bukan keluhan yang harus diatasi, tetapi penyakitnya.

Menurut dr. Purnamawati , hal itu justru keliru. Penggunaan antibiotika secara berlebihan dan tidak tepat merupakan masalah klasik yang terus berlangsung. Padahal antibiotika adalah bahan pembunuh bakteri atau kuman, sementara bakteri itu ada di mana-mana.

"Hidup kita dikelilingi ribuan bakteri. Jika penggunan antibiotika secara berlebihan malah, akan membuat bakteri menjadi kebal (resisten). Akibatnya, harus diciptakan jenis antibiotika baru yang lebih kuat," ujarnya. Perilaku ini jelas akan menciptakan lingkaran setan antibiotika-bakteri.

Perihal ini, dr. Purnamawati menekankan, agar penggunaan obat yang baik harus memenuhi ‘5 Tepat’, yaitu tepat sesuai klinis (diagnosa), tepat dosis, tepat jangka waktu, tepat informasi serta tepat harga.

Selain itu, pasien juga dianjurkan agar selalu menanyakan tiga hal kepada dokter.
Pertama, “Apa masalah yang saya hadapi dan apa penyebabnya?”
Kedua, “Apa yang harus dilakukan dan apa pengobatan yang tepat?”
Ketiga, “Kapan saya harus menjadi merasa khawatir?”

"Jadi penting sekali orang tua atau pasien mempergunakan haknya untuk menanyakan penyakit serta pengobatannya pada dokter. Ada baiknya, jika Anda juga menanyakan apakah obat jenis sama yang akan diresepkan ada yang generik. Hubungan dokter dan pasien memang harus bersifat interaktif, layaknya hubungan antara konsumen dan konsultan," kata dokter spesialis anak yang juga merupakan Direktur Medik Kemang Medical Care ini.

Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan Bisnis dan Marketing Kemang Medical Care, Chairani Jusuf Kalla menegaskan sebagai institusi kesehatan dengan fokus pada kesehatan ibu dan anak, Kemang Medical Care secara aktif menggalakkan progran penggunaan obat yang rasional.

"Hal ini tidak hanya teori, tetapi secara nyata kami terapkan dengan dukungan penuh dari jajaran dokter yang bergabung bersama kami," kata putri bungsung Wakil Presiden Jusuf Kalla itu.